Sentuhan Budaya pada Surau Tuo Lubuk Bauk
Pada waktu-waktu tertentu, niniak mamak
saling bertukar pendapat didalam sebuah bangunan tua yang menjadi salah satu
saksi perkembangan Islam di ranah minang. Diwaktu lainnya, juga bisa didengar
lantunan ayat suci mengangkasa dari bibir mungil anak-anak disana. Masyarakat
sekitar pun tak mau ketinggalan untuk ikut menghidupkan bangunan tua ini dengan
melakukan kegiatan-kegiatan lain. Surau Tuo Lubuk Bauk mereka menyebutnya.
Berada disisi jalan raya, membuat surau
ini mudah disinggahi oleh siapapun yang tertarik pada pandangan pertamanya. Ya,
arsitektur surau ini memang cukup menarik, dengan gonjong yang menopang kubah
diatasnya. Seolah memancing siapapun untuk mencari tahu kisah apa yang
tersimpan didalam bangunan kuno yang terletak di Jorong Lubuk Bauk Nagari
Batipuh Tanah Datar ini.
Tidak hanya nuansa keagamaan yang
kental terasa pada surau ini, namun juga atmosfer sejarah dan budaya yang
seolah masih melekat pada bangunannya. Betapa tidak, surau ini dibangun pada
zaman kolonial Belanda, sehingga logo mahkota kerajaan Belanda pun bisa kita
saksikan terukir didinding gonjong surau. Disertai ukiran khas Minangkabau dan
Cina. Begitu menarik perpaduan budaya yang tergambar lewat arsitektur
mesjidnya. 30 tiang kayu bersegi delapan menopang bangunan yang didirikan
sekitar tahun 1896 ini. Sama seperti pembangunan rumah gadang, surau ini pun
tidak menggunakan paku untuk menyatukan bagian yang satu dengan yang lain.
Padahal ada beberapa lantai yang harus ditopangnya.
Nilai-nilai adat basandi syarak, syarak
basandi kitabulah terlihat jelas pada arsitektur Surau Lubuk Bauk ini. 3 atap
bertingkat mengandung filosofi bahwa dalam adat minangkabau, ada 3 dasar untuk
mengambil sebuah keputusan, yakni tali tigo sapilin. Kemudian menara adzannya
yang berbentuk segi delapan, melambangkan 8 arah mata angin, dengan maksud
bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang dapat memberi kebaikan bagi
makhluk di alam semesta. Selain itu, lambang segi delapan juga mengibaratkan
perjalanan adat nan salapan dalam masyarakat Minangkabau. Sedangkan ukiran
pakis dibagian luar serambi melambangkan kebijaksanaan, persatuan,dan kesatuan
dalam nagari.
Siapa sangka, bahwa ternyata, surau tuo
yang penuh dengan nilai historis dan filosofis ini memiliki peran besar dalam
melahirkan tokoh negara dan pengembang agama Islam di Sumatera Barat. Buya
Hamka, sosok yang tidak asing lagi kontribusinya terhadap Indonesia dan Islam,
pernah menimba ilmu disini. Bahkan memilih surau ini sebagai tempat lahirnya
inspirasi karya besarnya Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.
Dalam perkembangannya,Surau Tuo Lubuk Bauk
kini telah menjelma menjadi destinasi wisata religi dan sejarah yang dapat
dipelajari. Meski tak jauh dari surau ini terdapat mesjid yang cukup luas,
namun masyarakat masih menggunakan surau ini sebagai tempat belajar mengaji,
mempelajari adat serta tempat musyawarah dan kegiatan lain. Seolah tak rela
surau bersejarah ini dibangun sia-sia oleh nenek moyangnya , dan menua tanpa
guna ditangannya.
1 Komentar
coba mainkan slot online dan raih kesempatan menang jutaan rupiah. main hanya dengan 1 id saja. daftar disini https://wehangfire.com/
BalasHapus